Tuesday, June 30, 2009
in the last two book that i read
Book Review: Daughter of Venice
Hello~ Im back with another book review. Ok. Although this book has nothing to do with Islam it's still a wonderful read and I would love to recommend it to all of you to read. Especially the ladies~
No no. Before you guys go shaking your head its not a romance novel... Well there is a bit of love but that's not the main point you see.
The story takes place in Venice and tells of the Venice culture during those times.
The most important lesson from this story is: Education.
After reading this book I am so thankful im born in this generation where ladies are allowed to get education without prejudice.
The book tells the story of Donata. She is always confined in her home and longs for adventure.
She feels like she does not even know about the place she lives in. She knows that she lives in ignorance and long to learn just as her brothers are learning.
One day when her dad breaks the news that only her eldest sister is to marry she decided that she needs to have an adventure that will last her a lifetime. What she got instead was so much more.
It's the story of discovery of ones passion, about understanding the world and the passion for knowledge. That raw need to know things, to understand things and most importantly to learn.
I recommend this book especially to ladies. Because it is a feminist book after all. haha.
But if you guys want to take a hand at reading this novel, then by all means go ahead.
The book will teach you to love knowledge and to build up your own passion for learning.
~Let's all read. It all starts with education.
Tuesday, June 16, 2009
Lapangkan Jiwamu Dengan Kemaafan
Kenapa jiwa kita sempit?
Kenapa hati selalu keluh kesah?
Hakikat yang selalu tampak dalam kehidupan kita ialah kebahagiaan itu bukan milik semua orang. Ada yang hidup mewah tetapi hati penuh dengan kegelisahan, ada yang miskin tetapi hatinya penuh dengki dan dendam. Ada yang tak punya apa-apa tetapi hatinya lapang bercahaya, ada yang kaya raya tetapi hidupnya sederhana dan tenang. Jadi pokok pangkalnya kekayaan bukan penentu kekayaan jiwa, kemiskinan juga bukan kunci kepasrahan dan lapang dada.
Dalam beberapa bulan ini saya cuba untuk memaafkan semua kesalahan orang lain kepada saya. Tidak kira kesalahan itu berat atau ringan, lama atau baru. Setiap kali saya teringatkan tindakan manusia yang pernah menyakiti hati saya, sayapun istighfar dan cuba untuk memaafkan mereka. Saya cuba menggali keluar alasan atau sangkaan yang terbaik untuk mereka; mungkin mereka tidak tahu, tidak sengaja, mungkin mereka sedang bersedih atau tertekan pada masa itu, kalau saya tidak maafkan merekapun apa untungnya, sekurang-kurangnya Allah akan mengampunkan saya di Akhirat nanti, saya pun orang yang banyak melakukan kesalahan juga dan sebagainya. Ini saya lakukan disetiap masa terutamanya ketika sebelum tidur.
Bukannya mudah tetapi hasilnya lumayan. Setiapkali bertembung wajah dengan mereka, bibir saya akan menguntumkan senyuman yang bukan dibuat-buat. Setiapkali mereka bercakap ada mutiara yang boleh dikutip tidak seperti sebelumnya, setiap kali bertemu hati rasa gelisah, air muka berubah dan apabila mendengar mereka bercakap, langsung tidak ada kebaikan.
Ini mungkin angan-angan tetapi bukan mudah untuk dilaksanakan. Hassan Al Basri pernah ditanya, “Adakah syaithan itu tidur?” Jawabnya ringkas tetapi bermakna, “Kalau syaithan itu tidur tentunya kita ada banyak masa untuk berehat.” Syaithan tidak akan pernah putus asa dan lemah semangat untuk sentiasa menanamkan kebencian dijiwa kita, menggembur-gemburkan permusuhan dan membajainya dengan dengki dan iri hati hingga akhirnya pohon dendam pun tumbuh subur dan membuahkan kemarahan dan sakit hati lalu setiapkali dihujung musim kitapun akan mengutip buah-buah kegelisahan yang diliputi bunga-bunga ukhuwah yang bertaburan gugur sebelum sempat ianya mekar dan berkembang untuk mewangikan dan mengindahkan kehidupan.
Dipetik dari: http://my.opera.com/azmibhr/blog/